Selasa, 03 Februari 2015

SANG ADAM



Jakob Ferdinand, seorang pemuda kaya raya dan sangat terkenal dikotanya, sebuah kota kecil, ibukota dari sebuah Propinsi yang kecil pula, sebuah propinsi penghasil Ternak terbaik diseantero negri,  diumurnya yang ke 27 tahun saat ini, ia telah menjadi pemilik peternakan terbesar diProvinsinya tersebut.
            Pada suatu pagi ia muncul dirumah seorang pendeta dengan menjinjing beberapa keranjang sayur “  ini adalah sayur hasil berkebunku ” kata jakob kepada Pendeta
Sang Pendeta memandanginya dan sedikit berpikir keras, mengenali wajahnya, tubuhnya dan dirinya, “Pendeta, saya Jakob, Jakob Ferdinan ” jelas Jakob melihat Pa Pendeta yang tidak mengenalinya lagi , bagaimana tidak, Jakob yang dulunya bertubuh proposional dan penampilannya yang selalu rapi dengan produk-produk berkelas dunia,  kini, dipagi itu, terlihat begitu kurus dengan kulit yang terbakar matahari. Rambut, kumis dan janggutnya tak terurus, dia hanya terbungkus oleh sebuah kaos putih tipis dan sepotong celana yang compang-camping, kakainyapun hanya beralaskan sebuah sandal jepit murahan
“Jakob….!  ” sahut Pa Pendeta dengan perasaan yang bercampur antara bingung dan skeptis, ia bangkit dari kursi lalu menerima persembahan sang pemuda yang berdiri 2 meter dihadapannya   “ ternyata 3 purnama telah merubah dirimu, aku tak menyangka kau berubah sampai seperti ini ”
            Tolstoyan adalah sebuah gaya hidup yang diperkenalkan oleh Novelis besar Rusia Count Leo  Tolstoy – memilih hidup dalam kemiskinan , bekerja secara manual dan disiplin diri dalam kesederhanaan , mereka berusaha mengembangkan diri, merasakan bahagia dan menguasai semua hal dengan baik dengan menyatu pada alam dan Sang pencipta – gaya hidup inilah yang 3 bulan belakangan  dijalani oleh Jakob, karena ia penat dengan kehidupannya. ia ingin mencari sebuah pencerahan, dengan bertani dan hidup disebuah desa kecil nan asri serta menerapkan gaya hidup Tolstoyan , sambil memetik nilai-nilai yang mungkin berguna untuk kehidupannya yang lebih baik
“ kamu telah memutuskan untuk menghentikan ide gilamu itu….? ” goda Pa Pendeta pada Jakob sambil sedikit tersenyum dan mengajak Jakob duduk.
“saya pikir 3 bulan sudah cukup ” jawabnya
“terimakasih atas persembahanmu, Kristus memberkatimu, Tunggu sebentar aku buatkan minum, kebetulan akupun belum minum dipagi ini”
“apa yang kau peroleh selama 3 bulan ini…? ” Tanya Sang Pendeta, yang memang memiliki kedekatan dengan Jakob, dari dapur .
“tubuhku kurus, kulit yang hitam, intinya seseorang yang sangat dekil serta beberapa karanjang sayuran untukmu tentunya…..” canda Jakob
“ha ha ha ha…..” tawa keduanya memecah pagi
“silahkan minum,….  Apa yang kau peroleh …? ”
“ yang aku dapat ialah pentingnya menghargai orang lain, cara memberi yang sesungguhnya, yakni bukan dari hasil-hasil Korupsi, tipuan atau hal curang lainnya, saya bisa lebih mengenal Allah dan alam yang begitu care denganku  ” jelasnya pada sang Pendeta
“kamu telah mendapat nilai kehidupan itu , tetapi aku melihat sukacitamu belum penuh, itu tampak jelas dari  kesedihan dibalik matamu ,atau  apa mungkin kamu kecapekan …. ? ”
“tidak… saya tak kecapekan, saya sekarang memiliki imun yang telah cukup baik. Saya hanya merasa   yang diperoleh ini belum cukup ,ketika kembali ke kota , saya merasa semua kelemahan dalam diriku bangkit lagi dan mengajakku untuk mencicipi kenikmatan dosa, apakah menurutmu aku harus menjalani gaya hidup Tolstoyan ini sekali lagi….. ?” katanya lalu meneguk kopi
“ mengenal alam dan Sang Pencipta memang adalah dua hal yang terpuji, tetapi kedua hal tersebut belum cukup untuk mengubah kita  menjadi pribadi yang kuat dan tangguh  ” tandas pa Pendeta
“apa yang kamu bicarakan ? ” sambar Jakob
“Adam adalah contoh Jiwa yang hidup dekat dengan Alam dan dekat dengan Allah, tapi apakah menurutmu ia adalah pribadi yang kuat…?”
“ tidak ! karena ia jatuh dalam godaan pasangannya, Hawa ” jawab Jakob bersungguh
“bukan tentang Hawa, tetapi tentang Adam itu sendiri.  Kita tak akan menjadi pribadi yang kuat jika kita belum mengenal siapa diri kita sendiri, karena dengan melihat jelas pada diri kita, maka kita akan mengenal lebih dalam siapa itu Allah yang menciptakan kita dan apa itu alam yang menumbuhkan kita,  ” Pa Pendeta berfalsafah “ mengenal Allah dan alam adalah bijak, tetapi mengenal diri sendiri adalah sebuah pencerahan, dan itulah yang kau butuhkan sekarang ” lanjutnya
Jakob terlihat semakin sedih mendengarnya “ jadi usahaku ini sia-sia…?” Tanya Jakob dengan nada menurun
“ tak ada yang sia-sia, adalah baik apa yang telah kamu perbuat, tapi kini kamu harus lebih meluangkan waktu untuk mengenal siapa dirimu sendiri   ”
“aku tahu siapa pribadiku, makanya aku melakukan perjalan ini…” kilah Jakob
“ belum cukup Jakob…. Aku masih belum melihat hal itu didalam dirimu ”
“apakah kamu sendiri telah melakukannya…?” Tanya Jakob ingin tahu
“ ya… dan terus melakukannya, janganlah takut jika suatu saat kamu mengalami kegagalan dan harus jatuh dalam dosa,  Allah menghargai usahamu dan yang penting adalah kamu sedang berjalan kearah kebaikan   ” tandas Pa Pendeta memuaskan dahaga si pemuda kaya raya itu.



Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.