Jakob Ferdinand, seorang pemuda
kaya raya dan sangat terkenal dikotanya, sebuah kota kecil, ibukota dari sebuah
Propinsi yang kecil pula, sebuah propinsi penghasil Ternak terbaik diseantero
negri, diumurnya yang ke 27 tahun saat ini, ia telah menjadi pemilik
peternakan terbesar diProvinsinya tersebut.
Pada suatu pagi ia muncul dirumah seorang pendeta dengan menjinjing beberapa
keranjang sayur “ ini adalah sayur hasil berkebunku ” kata jakob kepada
Pendeta
Sang Pendeta memandanginya dan
sedikit berpikir keras, mengenali wajahnya, tubuhnya dan dirinya, “Pendeta,
saya Jakob, Jakob Ferdinan ” jelas Jakob melihat Pa Pendeta yang tidak
mengenalinya lagi , bagaimana tidak, Jakob yang dulunya bertubuh proposional
dan penampilannya yang selalu rapi dengan produk-produk berkelas dunia,
kini, dipagi itu, terlihat begitu kurus dengan kulit yang terbakar matahari.
Rambut, kumis dan janggutnya tak terurus, dia hanya terbungkus oleh sebuah kaos
putih tipis dan sepotong celana yang compang-camping, kakainyapun hanya
beralaskan sebuah sandal jepit murahan
“Jakob….! ” sahut Pa
Pendeta dengan perasaan yang bercampur antara bingung dan skeptis, ia bangkit
dari kursi lalu menerima persembahan sang pemuda yang berdiri 2 meter
dihadapannya “ ternyata 3 purnama telah merubah dirimu, aku tak
menyangka kau berubah sampai seperti ini ”
Tolstoyan adalah sebuah gaya hidup yang diperkenalkan oleh Novelis besar Rusia
Count Leo Tolstoy – memilih hidup dalam kemiskinan , bekerja secara
manual dan disiplin diri dalam kesederhanaan , mereka berusaha mengembangkan
diri, merasakan bahagia dan menguasai semua hal dengan baik dengan menyatu pada
alam dan Sang pencipta – gaya hidup inilah yang 3 bulan belakangan
dijalani oleh Jakob, karena ia penat dengan kehidupannya. ia ingin mencari
sebuah pencerahan, dengan bertani dan hidup disebuah desa kecil nan asri serta
menerapkan gaya hidup Tolstoyan , sambil memetik nilai-nilai yang mungkin
berguna untuk kehidupannya yang lebih baik
“ kamu telah memutuskan untuk
menghentikan ide gilamu itu….? ” goda Pa Pendeta pada Jakob sambil sedikit
tersenyum dan mengajak Jakob duduk.
“saya pikir 3 bulan sudah cukup ”
jawabnya
“terimakasih atas persembahanmu,
Kristus memberkatimu, Tunggu sebentar aku buatkan minum, kebetulan akupun belum
minum dipagi ini”
“apa yang kau peroleh selama 3
bulan ini…? ” Tanya Sang Pendeta, yang memang memiliki kedekatan dengan Jakob,
dari dapur .
“tubuhku kurus, kulit yang
hitam, intinya seseorang yang sangat dekil serta beberapa karanjang sayuran
untukmu tentunya…..” canda Jakob
“ha ha ha ha…..” tawa keduanya
memecah pagi
“silahkan minum,…. Apa
yang kau peroleh …? ”
“ yang aku dapat ialah
pentingnya menghargai orang lain, cara memberi yang sesungguhnya, yakni bukan
dari hasil-hasil Korupsi, tipuan atau hal curang lainnya, saya bisa lebih
mengenal Allah dan alam yang begitu care denganku
” jelasnya pada sang Pendeta
“kamu telah mendapat nilai
kehidupan itu , tetapi aku melihat sukacitamu belum penuh, itu tampak jelas dari
kesedihan dibalik matamu ,atau apa mungkin kamu kecapekan …. ? ”
“tidak… saya tak kecapekan, saya
sekarang memiliki imun yang telah cukup baik. Saya hanya merasa
yang diperoleh ini belum cukup ,ketika kembali ke kota , saya merasa semua
kelemahan dalam diriku bangkit lagi dan mengajakku untuk mencicipi kenikmatan
dosa, apakah menurutmu aku harus menjalani gaya hidup Tolstoyan ini sekali
lagi….. ?” katanya lalu meneguk kopi
“ mengenal alam dan Sang
Pencipta memang adalah dua hal yang terpuji, tetapi kedua hal tersebut belum
cukup untuk mengubah kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh ”
tandas pa Pendeta
“apa yang kamu bicarakan ? ”
sambar Jakob
“Adam adalah contoh Jiwa yang
hidup dekat dengan Alam dan dekat dengan Allah, tapi apakah menurutmu ia adalah
pribadi yang kuat…?”
“ tidak ! karena ia jatuh dalam
godaan pasangannya, Hawa ” jawab Jakob bersungguh
“bukan tentang Hawa, tetapi
tentang Adam itu sendiri. Kita tak akan menjadi pribadi yang kuat jika
kita belum mengenal siapa diri kita sendiri, karena dengan melihat jelas pada
diri kita, maka kita akan mengenal lebih dalam siapa itu Allah yang menciptakan
kita dan apa itu alam yang menumbuhkan kita, ” Pa Pendeta berfalsafah “
mengenal Allah dan alam adalah bijak, tetapi mengenal diri sendiri adalah
sebuah pencerahan, dan itulah yang kau butuhkan sekarang ” lanjutnya
Jakob terlihat semakin sedih
mendengarnya “ jadi usahaku ini sia-sia…?” Tanya Jakob dengan nada menurun
“ tak ada yang sia-sia, adalah
baik apa yang telah kamu perbuat, tapi kini kamu harus lebih meluangkan waktu
untuk mengenal siapa dirimu sendiri ”
“aku tahu siapa pribadiku,
makanya aku melakukan perjalan ini…” kilah Jakob
“ belum cukup Jakob…. Aku masih
belum melihat hal itu didalam dirimu ”
“apakah kamu sendiri telah
melakukannya…?” Tanya Jakob ingin tahu
“ ya… dan terus melakukannya,
janganlah takut jika suatu saat kamu mengalami kegagalan dan harus jatuh dalam
dosa, Allah menghargai usahamu dan yang penting adalah kamu sedang
berjalan kearah kebaikan ” tandas Pa Pendeta memuaskan dahaga si
pemuda kaya raya itu.
0 komentar:
Posting Komentar